Marketnesia.id. Aplikasi video pendek TikTok menjadi topik kontroversial di Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah AS melarang seluruh pegawai negeri untuk memasang aplikasi tersebut di perangkat kerja dan personal, sistem, atau jaringan mereka karena dituduh sebagai alat mata-mata pemerintah China.
Namun, TikTok membantah tuduhan tersebut. Mereka menyatakan bahwa metode pengumpulan data di TikTok sama seperti praktik di industri lainnya. Tim peneliti dari perusahaan keamanan siber Australia, Internet 2.0, menemukan source code di TikTok yang menunjukkan aplikasi tersebut memanen data seperti lokasi, perangkat yang digunakan, dan aplikasi apa saja yang ada di HP pengguna.
Namun, pengujian serupa yang dilakukan Citizen Lab dan Georgia Institute of Technology mendukung pernyataan TikTok bahwa hampir semua media sosial dan aplikasi mobile melakukan hal yang sama.
Selain itu, pemerintah AS juga khawatir TikTok bisa menjadi alat cuci otak bagi generasi mendatang. Direktur FBI Christopher Wray mengatakan bahwa pemerintah China bisa mengontrol rekomendasi algoritma di media sosial, sehingga bisa membawa pengaruh ke pengguna.
Kekhawatiran ini bersumber dari aplikasi Douyin yang juga dikembangkan ByteDance dan merupakan kembaran TikTok. Bedanya, Douyin hanya diperuntukkan bagi warga China dan menggunakan metode penyensoran yang tinggi, sesuai ketentuan pemerintah China.
Namun, juru bicara TikTok membantah bahwa TikTok tidak akan seenaknya menggencarkan penyebaran konten tertentu atau semena-mena menyensor. Mereka mengatakan bahwa pedoman komunitas TikTok melarang keras misinformasi yang berbahaya untuk pengguna dan publik luas.
TikTok adalah layanan berbasis di China yang dikembangkan oleh ByteDance. Walaupun semua aplikasi mobile yang gratis kerap mengumpulkan data pengguna, TikTok seringkali dicurigai sebagai alat mata-mata pemerintah China sejak era pemerintahan Donald Trump.
Hal ini karena pemerintah AS khawatir pengumpulan data TikTok berpotensi membuat pemerintah China mendeteksi lokasi pegawai negeri dan kontraktor, serta melancarkan kejahatan siber lainnya. Meski begitu, TikTok membantah bahwa mereka tidak memberikan data pengguna ke pemerintah China bahkan jika diminta.
Marketnesia.id