Selamat pagi, Beautiful Souls!
Rasanya ikutan ‘patah hati’ mendengar berbagai cerita ‘korban PHK’. Belum lagi berita di media, susul menyusul perusahaan dunia seperti Google, Microsoft, Meta, 3M, IBM Corp., Spotify, sampai yang terbaru PayPal terpaksa melepaskan ribuan karyawan, mungkin total semua perusahaan ini jutaan ya? Dari lokal ada berita Ruang Guru sampai JD.ID.
Salah satu teman cerita, ia dikumpulkan di suatu ruangan dan dikabarkan itu adalah hari terakhir mereka di kantor, karena besoknya kantornya akan tutup beroperasi. Saya kuliah S1 dan S2 di Amerika, terbiasa mendengar siapa yang mengundurkan diri atau resign, itu berarti hari terakhir mereka. Termasuk saya saat mengundurkan diri. Karena itu ada istilah, “You are just a number!”
Tapi kok, rasanya di Indonesia jadi ‘baper ya’, kadang mikir sekian tahun dalam sehari ‘disia-sia’, kasian…. 😢
Gimana caranya menjadi orang yang bukan sekadar angka, atau aset perusahaan, tapi orang yang bertahan dan dipertahankan perusahaan hingga pensiun? Ini 3 terpenting menurut saya.
1. IP (Intellectual Property)
Artinya, di zaman sekarang ini butuh sosok yang namanya ‘beredar’. Entah dia punya karya, prestasi, atau menjadi salah satu atau kalau bisa terbaik di bidangnya. Misalnya, Si A dikenal sebagai seorang marketer sukses, banyak orang di bidangnya menyebut namanya. Si B disebut-sebut karena memiliki sosial media yang bagus dengan followers yang aktif.
2. Digital Savvy
Memang ini tidak menjamin, karena lambat laun menjadi keharusan. Seperti keharusan fasih berbahasa Inggris untuk seorang eksekutif. Apa yang buat seseorang lebih ‘digital savvy’ dibanding yang lain? Rajin belajar, pelajari ilmu-ilmu baru dan ‘terjun langsung’ mencoba berbagai penemuan baru atau sosial media baru. Tidak pernah lelah untuk terus belajar. Saya jadi ingat, dulu saya kuliah pun ‘mbah google’ belum ada, bahkan saya belum punya email. Sekalinya terdengar orang-orang di kampus punya email, langsung saya bikin.
3. People Skills
Sepintar apapun, percuma kalau gak bisa kerja sama dengan orang. Banyak kasus, orang pintar akhirnya tersisihkan karena tidak bisa transfer ilmu, tidak bisa memimpin tim, dan tidak bisa berkomunikasi baik dengan orang lain. Saya sendiri, jika disuruh memilih orang yang pintar atau orang yang punya communication skills, saya pilih yang pandai berkomunikasi, mengingat tim saya harus berhubungan dengan klien dan banyak orang. Networking, ilmu negosiasi juga termasuk, ini zamannya partnership, kerja sama penguntungan ‘win win situation’ atau ‘barter value to value’ dengan perusahaan lain.
Ini menjawab DM yang masuk ke saya, kok bisa dengan usia 50 tahun saya cepat dapat pekerjaan (alhamdulillah). Saya juga harus belajar dan was-was, kok.
Semangat yuk, besok lebih baik bagi yang terkena PHK.
Jangan sedih dan patah semangat, doa, yakin, serta usaha memperbaiki kualitas diri. Saya doakan ya.
All the best! 💪
Fira Basuki
Sourche : Linkend Fira Basuki