Menjawab curhatan dari dari Ibu Riffa Sancati, sosok yang tentu tidak diragukan kompetensinya sebagai penulis The Little Handbook for Big Career dan pembicara. Tulisan-tulisannya pun kerap viral di salah satu platfom jejaring para profesional yakni Linkedin .
Namun menariknya curhatan tersebut berisi tentang kegagalan beliau untuk jadi pembicara saat ketika merekam menggunakan kamera sendiri. Curhatan Riffa Sancati dapat kita lihat pada capture berikut ini:
Curhatan Riffa Sancati ditanggapi nitizen di linkend. Salah satunya dari seorang trainer bernama Nanang Hernanto, ia menyampaikan yang intinya menyebut bahwa Riffa orangnya perfect.
Saya pribadi tidak ingin memberikan penilaian subjektif, karena tiap orang punya pengalaman berbeda-beda alasan mengapa sulit menciptakan konten jika menggunakan kamera sendiri.
Saya ingin membagikan pengalaman bahwa pada prinsipnya produksi konten membutuhkan tim dengan peran masing-masing. Ada penulis atau tim kreatif, camera persons dan tim editor di post production.
Hal ini bisa disederhanakan sesuai dengan sumber daya masing-masing. Namun saya berpendapat minimal ada 2 orang. Satu orang punya perspektif visi satu orang sebagai pelaksana atau menjalankan misinya.
Di samping itu, pada produksi video sebenarnya punya skill set yang jauh berbeda. Menulis dengan memegang kamera juga sangat berbeda, begitu juga dengan mengedit video.
Akibatnya konten yang kita buat tidak selesai-selesai karena kita selalu mengoreksinya berulang-ulang akhirnya deadline sudah lewat dan akhirnya putus asa dan konten gagal dibuat.
Saya menyebutnya sebagai adanya konflik intrapersonal yang membuat kita terkena obsesif-kompulsif. Sebagai produser saya sekarang bisa melalui fase tersebut dengan strategi produksi konten digital yang tepat.
| Content Strategiest & Public Relation Marketnesia