Marketnesia.id.– Setiap individu memiliki alasan yang berbeda dalam berinvestasi. Ade Yusriansyah, yang kini menjabat sebagai Plt. Direktur Utama BNI Asset Management, pertama kali memutuskan berinvestasi untuk mempersiapkan dana pernikahannya.
Ketika itu, Ade masih awam dengan dunia investasi dan belum mengenal berbagai instrumen keuangan. Karena minimnya pengetahuan, ia memilih deposito sebagai produk perbankan yang memiliki risiko rendah tetapi tetap memberikan keuntungan cukup baik.
“Saya waktu itu cuma tahu soal tabungan dan deposito,” ujar Ade.
Namun, seiring waktu berjalan, Ade mulai tertarik mengeksplorasi instrumen lain. Setelah menikah, fokus investasinya beralih pada persiapan dana pendidikan anak serta tabungan pensiun.
Lulusan Universitas Sriwijaya tahun 2001 ini kemudian mulai mempelajari pengelolaan portofolio secara lebih serius. Secara garis besar, Ade membagi asetnya dalam dua kategori, yakni aset tetap dan instrumen keuangan. Properti seperti rumah menjadi pilihan utamanya untuk aset tetap.
Sementara itu, di sektor keuangan, ia membagi dananya ke saham, reksa dana, dan tabungan sebagai cadangan likuiditas. Tak hanya itu, emas juga masuk dalam portofolionya karena menurutnya emas mampu menjaga kekayaan dari risiko inflasi.

Saat ini, sekitar 60%-70% aset Ade berada di kategori aset tetap. Sisanya terbagi dalam bentuk keuangan, dengan alokasi 10% untuk reksa dana, 20% dalam saham, dan sebagian kecil dalam emas.
Menurutnya, diversifikasi portofolio sangat penting, terutama di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif. Pengalaman merugi ketika pertama kali terjun ke saham menjadi pelajaran berharga. Meski saat itu ia telah belajar banyak, pemahaman mendalam tentang saham belum dimilikinya.
“Don’t put your egg in just one basket” adalah prinsip investasi yang selalu dipegang Ade. “Awalnya saya nekat, tapi justru dari situ saya belajar banyak,” ungkapnya.
Tentukan Arah dan Risiko Investasi
Ade menekankan pentingnya kesiapan menghadapi risiko dalam berinvestasi. Ia menyarankan agar tidak menggunakan dana panas untuk investasi. Pasalnya, penarikan dana di saat pasar sedang tidak stabil bisa merugikan.
Bagi pemula, Ade merekomendasikan reksa dana pasar uang karena lebih aman dan likuid. Setelah itu, barulah melanjutkan ke reksa dana pendapatan tetap yang menawarkan stabilitas lebih tinggi dengan risiko yang sedikit meningkat.
Ketika sudah lebih berpengalaman dan siap menghadapi risiko, investor dapat mencoba saham karena imbal hasilnya yang lebih besar.
Untuk berinvestasi di saham, Ade menegaskan bahwa memahami fundamental perusahaan adalah langkah krusial. Kondisi keuangan, prospek bisnis, serta valuasi harus diperhatikan agar risiko dapat diminimalkan.

Ia juga mengingatkan agar investor memperhitungkan durasi pencapaian tujuan investasi. Saham memiliki volatilitas tinggi dalam jangka pendek, sehingga penyesuaian dengan profil risiko dan tujuan investasi sangat penting.
Sebagai contoh, jika tujuan investasi adalah pendidikan anak, maka idealnya investasi berlangsung selama 16 tahun dari SD hingga lulus sarjana. Oleh karena itu, analisis terhadap perusahaan harus memastikan bahwa mereka memiliki fundamental kuat untuk bertahan hingga periode tersebut.
Semoga versi ini sesuai dengan yang Anda butuhkan! Jika ingin revisi lebih lanjut atau penyesuaian lain, beri tahu saja.