Ketika Covid-19, banyak beralih ke platform online, namun banyak yang tidak siap. Lalu bagaimana strateginya bagi pebisnis? Ali Akbar, ahli SEO pemegang setifikat dari Search Engine Academy Asia berbagi wawasan tentang praktik optimasi digital kala Covid-19 kepada marketnesia.id, Selasa (21/4).
Bagaimana seharusnya pemimpin perusahaan/bussines owner menghadapi situasi saat ini?
Situasi ini berlangsung di seluruh dunia, jadi seolah olah kita sebagai manusia mendapatkan pengalaman yang Sama yang tidak pernah ada sebelumnya. Sebagai pemimpin perusahaan yang harus dilakukan pertama adalah membuat tim kita selamat dulu. Baik sebagai personal-nya, maupun keluarga-nya. Baik kebutuhan kesehatan nya maupun kebutuhan keuangan-nya.
Kedua, the show must go on. Plan A yang biasa dijalankan, diubah ke Plan B, dan terus dilakukan tes dan ukur, serta pindah ke Plan C atau Plan D lebih cepat. Intinya, pemimpin atau pemilik perusahaan harus kreatif dan responsif.
Ketiga, semua orang harus bekerja bersama bukan lagi bekerjasama. Owner semakin empati pada tim nya, tim juga bersimpati pada owner nya.
Apa langkah-langkah taktis apa perlu ditempuh pemimpin bisnis di kondisi saat ini?
Langkah taktis yang perlu dijalankan adalah:
– Mulailah 50% aktivitas menjadi online sampai menuju 90% aktivitas dijalankan dengan online dan digital.
– Pilih perangkat digital yang membawa produktivitas tetap stabil. Memang, semua orang merasakan penurunan produktivitas, tapi perangkat digital yang tepat bisa mengembalikan ke level stabil.
– Budaya digital. Jadi harus dipaksakan dalam keadaan seperti sekarang ini, tapi sebenernya itulah yang nantinya menjadi faktor yang membantu penghematan perusahaan (dari sisi budget ada yang tinggi, tapi sisi lainya ada budget yang rendah, kita musti kreatif melihatnya).
Sejak 2012 saya mengenal Buffer. Sebuah perusahaan yang menjalankan Model Bisnis 100% remote. Dari Buffer, saya belajar banyak tentang Transformasi Digital. Memang semua harus dimulai dari pucuk pimpinan tapi sayangnya di Indonesia, masih banyak perusahaan yang pucuk pimpinan nya masih tradisional, tapi sudah bagus menuju ke digital walaupun sambil terseok seok, bahkan dengan adanya situasi seperti sekarang, menjadi Gegar Digital. Faktanya, budaya digital memang sangat dibutuhkan.
Apakah pemasaran yang dilakukan banyak pengusaha UKM di tengah pandemi Covid-19 ini sudah tepat?
Biasanya, dalam seminar dan training yang saya jalankan, saya selalu membagikan tips pada pemilik produk atau jasa. “Produk dan Jasa anda itu NEEDS atau WANTS”. Dari sinilah, strategi pemasaran sudah berbeda.
Prinsip “asal sebar” mungkin seperti “bakar uang”, selama UKM nya punya anggaran, mungkin bisa saja. Tapi kalau UKM nya tidak punya anggaran, mulailah cerdas memilih strategi.
Setidaknya, ada 12 Strategi Digital Marketing
- Content Marketing
- Community Marketing
- Experiential Marketing
- Influencer Marketing
- Maps Marketing
- Messenger Marketing
- Meme Marketing
- Podcast Marketing
- Search Engine Marketing
- Search Engine Optimization
- Social Media Marketing
- Video Marketing
UKM harus jeli menggunakan nya. Beberapa strategi memang harus dijalankan untuk mendapatkan data supaya di tes dan ukur, sampai nantinya bisa fokus pada hasil pengukuran yang paling baik skor nya.
Oia, sejak awal Februari kemarin, saya mendapat banyak kiriman Masker dari beberapa Brand Exchange Uang Digital. Coba lihat, mereka “menjual uang digital”, tapi tetap menjalankan konsep Branding dan Marketing nya dengan strategi empati pada konsumen, pelanggan dan partner mereka.
Eh, tapi, saya baru sadar, itu semua dikirim dari Brand Luar Negeri, coba pemilik Brand dalam negeri bisa ngikutin tuh cara mereka. Saya jadi semakin “sayang” sama Brand tersebut karena seolah olah kok mereka peduli sama saya.
Mengapa banyak pebisnis digital gagal?
Nah, saya paling suka pertanyaan ini. Saya sering menggunakan “Cerita Orang Bermata Satu diantara Orang Buta.”
Pebisnis Digital yang gagal (Si Buta) karena salah pilih mentor (si Mata Satu). Mungkin mentornya sudah benar jalan bisnis nya, tapi kadang ada mentor yang cerita bisnis digital tapi ngga punya bisnis digital.
Atau ada sih, mentor yang punya bisnis digital, tapi ternyata baru di dunia digital marketing, padahal ada 3 dunia digital, saya menyebutnya DIMA, DEKO, DEMI yaitu:
- Digital Marketing
- Digital Ekosistem
- Digital Ekonomi
Apa yang bisa kita dapat lewat internet di tengah situasi pandemi covid-19 ini?
Kalau dibilang terlambat, jujur saja, iya. Harusnya bisa mulai dari 5 atau 10 tahun lalu. Tapi ngga apa-apa tetap memulai sekarang. Hanya Tantangan nya saja yang lebih berat.
Istilahnya, kalau orang balapan yang satu pakai mobil balap (sudah mulai 10 tahun lalu), kita harus pakai Kereta Shinkansen (yang mulai tahun sekarang ini).
Saya menyebutnya: bersanding dulu, baru bertanding. Tapi, tenang saja. Ada 5 era teknologi kok.
- Era Komputer
- Era Internet
- Era Digital
- Era Blockchain
- Era Kuantum
Nah, kalau tertinggal di era Internet, segera menguatkan diri di era digital dan blockchain saja.
Bagaimana bisnis Anda sukses lewat internet?
Saya memulai dari pengguna jaringan komputer di tahun 1995, kemudian melangkah menjadi pedagang online era 2000-an, saya mulai di Kaskus. Lanjut naik kelas jadi pebisnis internet, di tahun 2005. Sambung menjadi pengusaha informasi ditahun 2010.
Nah, sejak itulah saya mulai membangun hak kekayaan intelektual dengan menjadi penarkasa. Awal tahun 2007, Saya mengenal SEO (Search Engine Optimization), dan mengambil Sertifikasi Advanced Level dari Search Engine Academy yang di regional Asia.
Dari situlah perjalanan saya memulai membangun Aset Digital, dimulai dari langkah pertama membentuk klub Online, membangun komunitas Internet, mendirikan korporasi digital, mendesain konsorsium blockchain sambil menuju konglomerasi teknologi.
Bersama 5 Teman, saya memulai KLUB Pandawa 5, menjalankan seminar, training dan workshop tentang Internet Marketing. Saat ini, kami “hanya” punya 18.000 Murid sebagai member KOMUNITAS BISMA, tersebar di 43 Kota se Indonesia dan 9 Negara di Dunia.
Kami sedang menggandeng 18.000 murid kami untuk masuk ke dunia digital ekosistem, baru 24 Perusahaan di jejaring kami saat ini, tahun 2020. Semoga target 2025 bisa tembus 180 Perusahaan Digital. Murid murid saya ada yang memilih menjadi pedagang online, ada juga yang menjadi konsultan.
Mereka menawarkan solusi transformasi digital pada UKM sampai BUMN, dengan konten dari Lisensi saya, lengkap dengan Strategi dan Metodologi nya. Saya menyebutnya DIGITALOGI.
Jika Anda ingin memulai bisnis di Internet dan Digital, cobalah menjadi PENAKARSA. PENA artinya Alat Tulis. KARSA artinya Daya untuk berkehendak. Tapi di era digital ini, PENA kita ganti dengan Jari.KARSA kita ganti dengan Platform.
Jadi, Secara sederhana menjadi PENAKARSA adalah orang yang memiliki Platform untuk orang lain berpartisipasi membuat Gerakan Positif di Platform kita.
Apakah kita semua yang awam digital bisa membangun plaftrom?
Mark Zuckerberg membangun Platform bernama Facebook. Jack Ma membangun Platform bernama Ali Baba.Kapan Anda Membantu Platform juga. Contoh murid murid saya yang membangun Platform:www.BinaDigitalBangsa.com, www.BlockMoneyId.com, www.Blockperti.com.
Anda bisa membangun Platform apapun, bisa mulai dari platform Alumni SMU, atau platform Hobi Menari, dan lain lain. Yang penting, Platform itu milik Anda. Kenapa? Supaya bisa dipantau datanya agar menjadi Informasi.
Bisa diolah Informasi nya menjadi pengetahuan. Bisa mengelola pengetahuan menjadi Empati. Bisa mengubah empati menjadi Simpati, Dan akhirnya simpati menjadi AKSI untuk menggali Solusi dan Potensi. Tips dari saya adalah 3 Langkah ini: OPTIMASI: meng-optimal-kan Informasi. DIGITASI: men-digital-kan Potensi. KOPETISI: meng-kolaborasi-kan Kompetisi.
Marketnesia.id