Marketnesia.id. Likuiditas bank digital menghadapi tekanan yang semakin ketat di tengah pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang melambat. Menurut data dari Bank Indonesia (BI), pertumbuhan DPK perbankan hanya mencapai 3,04% secara tahunan, sementara kredit tumbuh sebesar 9,74%.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi bank digital, seperti yang dialami oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk, yang memiliki likuiditas paling seret dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 149,7% per September 2023—jauh di atas level aman sebesar 92%.
Meskipun demikian, Direktur Utama Allo Bank, Indra Utoyo, menegaskan bahwa likuiditas bank tersebut masih aman karena didukung oleh permodalan yang kuat.
Modal inti Allo Bank mencapai Rp 6,7 triliun, dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 84,6%. Indra juga menyebut bahwa Liquidity Coverage Ratio (LCR) Allo Bank berada di 167,84%, melebihi ketentuan yang ditetapkan oleh regulator.
Indra menjelaskan bahwa Allo Bank telah mengelola risiko likuiditas dengan komprehensif, termasuk identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko likuiditas.
Selain itu, Allo Bank tidak memiliki paparan terhadap instrumen derivatif yang dapat mengancam likuiditas.
Untuk tahun ini, Allo Bank menargetkan pertumbuhan DPK dua digit. Strateginya adalah mengembangkan produk-produk sederhana yang dibutuhkan oleh nasabah sehari-hari, dengan harapan dapat menarik dana murah dan mengoptimalkan biaya dana.
Di sisi lain, Bank Neo Commerce Tbk (BNC) mencatat LDR sebesar 72,9% per November 2023. Pejabat sementara Direktur Utama BNC, Aditya Windarwo, menyatakan bahwa likuiditas bank ini masih terjaga dengan baik.
BNC terus berupaya mempromosikan fitur-fitur unggulan sebagai upaya menjaga likuiditas dan mengelola risiko likuiditas dengan baik.
Marketnesia.id