Marketnesia.id. Minimarket Alfamart kini semakin mudah dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah gerai Alfamart di luar Pulau Jawa juga terus bertambah, seiring dengan strategi ekspansi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) yang fokus pada pertumbuhan di wilayah-wilayah tersebut.
Dennis Tay, Analis Buana Capital Sekuritas, menyebutkan bahwa di antara pemain modern trade (MT), AMRT merupakan yang terbaik di kelasnya. Dalam satu dekade terakhir, pangsa pasar AMRT berhasil tumbuh dari 29,7% menjadi 40,4%.
Perusahaan ini juga menunjukkan kinerja yang unggul, dengan return on equity (ROE) dan return on invested capital (ROIC) masing-masing sekitar 26% dan 22% pada tahun 2023. “Kami memperkirakan AMRT akan melanjutkan prospek positif ini,” ungkap Dennis dalam riset yang dirilis Senin (19/8).
Pada semester pertama 2024, AMRT mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,79 triliun, meningkat 11,26% secara tahunan. Pendapatan AMRT dalam periode yang sama mencapai Rp 59,23 triliun, tumbuh 10% secara tahunan.
Baca Juga: M Cash Integrasi (MCAS) Alokasikan Rp 90,7 Miliar untuk Buyback Saham
Analis Sucor Sekuritas, Christofer Kojongian, menyatakan bahwa strategi ekspansi yang agresif telah terbukti mendorong pertumbuhan kinerja AMRT. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan rata-rata AMRT mencapai 10%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan jumlah gerai yang hanya 8%.
“Rekor ini menunjukkan AMRT sebagai investasi yang kuat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang lesu,” kata Christofer dalam laporannya, 16 Agustus 2024.
Christofer memprediksi, pada akhir tahun 2024, pendapatan AMRT dapat mencapai Rp 119,60 triliun, naik dari realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 106,94 triliun. AMRT juga diperkirakan akan mengantongi laba bersih sebesar Rp 3,8 triliun pada akhir tahun 2024.
Selain itu, AMRT memperkuat kinerja gerainya di luar Pulau Jawa. Christofer menilai bahwa strategi ini akan meningkatkan peluang untuk menjangkau pasar dengan biaya operasional yang lebih rendah, tetapi tetap menghasilkan margin yang lebih besar.
Daya Beli yang Melambat
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, menilai bahwa masih ada ruang pertumbuhan yang positif bagi AMRT. Faktor pendorongnya adalah daya beli dan konsumsi dalam negeri yang diprediksi tetap kuat, meskipun belakangan ini daya beli konsumen cenderung melambat. “Namun, masih dalam batas toleransi,” ujar Nico, Rabu (21/8). Hal ini terlihat dari indeks penjualan riil yang masih kuat.
Target AMRT untuk membuka ribuan gerai baru dan mendirikan dua pusat distribusi di Gorontalo dan Palopo dianggap mampu menstabilkan biaya distribusi, sehingga margin AMRT bisa lebih baik. “AMRT juga terus fokus pada peningkatan penjualan melalui channel teknologi, yang akan mendorong kinerja AMRT,” tambah Nico.
Christofer juga menyebutkan bahwa program keanggotaan Alfagift telah menyumbang 6% pada pendapatan semester I-2024, meningkat dua kali lipat dari kontribusi tahun 2022 sebesar 3,6%. Selain meningkatkan kualitas layanan, Alfagift juga berfungsi untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan bahwa saham AMRT diperdagangkan dengan price to earning ratio (PER) sebesar 31,8 kali. Secara valuasi, angka ini memang lebih tinggi dibandingkan peritel lainnya, namun dengan pertumbuhan kinerjanya yang solid, valuasinya masih cukup wajar.
Dennis merekomendasikan untuk membeli saham AMRT dengan target harga 12 bulan ke depan sebesar Rp 3.290 per saham, berdasarkan metode DCF, yang menyiratkan PER tahun 2025 sebesar 29,6 kali. Christofer memberikan target harga Rp 3.400 per saham, yang berarti masih ada potensi kenaikan lebih dari 19%.
Senada dengan Dennis dan Christofer, Nico dan Reza juga memberikan rekomendasi beli dengan target harga masing-masing Rp 3.450 dan Rp 3.400 per saham.
Marketnesia.id