Marketnesia.id. Pemain di sektor Buy Now Pay Later (BNPL) diprediksi akan semakin bertambah, mengingat daya tarik bisnis paylater yang semakin besar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa hingga Juni 2024, total kredit outstanding dari produk paylater yang disalurkan oleh perbankan telah mencapai Rp 17,72 triliun, mencatatkan pertumbuhan sebesar 47,72% secara tahunan (YoY).
Peningkatan ini sejalan dengan bertambahnya jumlah rekening pengguna paylater yang kini mencapai 17,48 juta, naik dari 17,26 juta pada bulan sebelumnya.
PT Bank CIMB Niaga Tbk merupakan salah satu bank yang akan segera meluncurkan produk paylater. Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Noviady Wahyudi, memastikan bahwa pihaknya tetap akan meluncurkan produk ini, meskipun sempat mengalami penundaan.
Noviady, yang biasa disapa Dede, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan peluncuran produk paylater ini. Awalnya, CIMB Niaga menargetkan peluncuran produk paylater pada paruh pertama tahun ini.
Dua faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah pengembangan sistem untuk fitur paylater tersebut dan pemilihan waktu yang tepat untuk meluncurkan produk ke pasar.
“Ada prioritas lain yang perlu diselesaikan terlebih dahulu,” kata Noviady saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Ia juga menambahkan bahwa CIMB Niaga saat ini sudah memiliki produk yang mirip dengan paylater, di mana nasabah dapat menikmati fasilitas cicilan 0% dengan tenor tiga hingga enam bulan.
“Peluncuran paylater akan fokus pada nasabah tabungan terlebih dahulu. Nantikan tanggal peluncurannya,” tambahnya. Selain CIMB Niaga, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) juga berencana untuk memasuki bisnis paylater.
SEVP Digital Banking BSI, Saut Parulian Saragih, mengatakan bahwa peluncuran produk paylater oleh BSI direncanakan untuk tahun depan.
Namun, Saut menekankan bahwa BSI tidak ingin terburu-buru dalam merilis produk ini. Mereka ingin memastikan bahwa inisiatif baru ini tidak menimbulkan risiko yang dapat merugikan bisnis perbankan, terutama terkait dengan risiko kredit.
“Kita perlu melakukan penilaian terlebih dahulu, jangan sampai inisiatif ini justru merugikan bisnis kita,” ujarnya.
Meski demikian, Saut juga mengakui bahwa bisnis paylater memiliki potensi yang besar untuk BSI, terutama dalam menambah jumlah nasabah.
“Sebetulnya ada peluang untuk menarik nasabah baru yang belum menjadi nasabah kami. Ini salah satu upaya untuk memperluas basis nasabah,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa meskipun bisnis paylater tumbuh pesat, risiko kredit dari produk ini masih terkendali.
Dian mengungkapkan bahwa tingkat risiko kredit paylater perbankan menurun menjadi 2,5% pada Juni 2024, dibandingkan dengan 2,61% pada bulan sebelumnya.