JAKARTA. Marketnesia.id. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham pekan depan. IHSG diperkirakan berada di kisaran support 4985-4885 dan resistance 5.111-5.150.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, peluang IHSG menguat ditopang oleh perkembangan penelitian obat dan vaksin hingga perbaikan ekonomi China.
“Perkembangan penelitian obat dan vaksin COVID-19 memberikan sentimen positif pada pasar keuangan,” katanya dalam keterangan yang diterima detikcom, Minggu (12/7/2020).
Dia memaparkan, ada sejumlah sentimen akan mempengaruhi pergerakan saham pekan depan. Ia menyebut, peningkatan kasus COVID-19 pekan ini dan perkiraan masih akan berlanjut menjadi sentimen negatif pasar saham. Hal itu ditambah dengan peluang penyebaran virus melalui udara.
“Lonjakan kasus virus COVID-19 dan perintah Mahkamah Agung untuk membuka catatan keuangan Presiden AS Donald Trump, membuat peluang Trump terpilih kembali menjadi lebih sulit karena berpotensi mengungkap sesuatu yang buruk menjadi sentimen negatif bagi pasar saham,” tambahnya.
Di sisi lain, perkembangan obat dan vaksin memberikan sentimen positif.
“Perkembangan obat remdesivir obat antivirus Gilead Sciences menjadi sentimen positif pasar. Perkembangan vaksin COVID-19 salah satunya dari Moderna yang akan memasuki fase 3 menjadi sentimen positif bagi pasar. Tetapi vaksin harus melewati 4 fase sebelum diproduksi massal,” paparnya.
Kemudian, pasar saham juga dipengaruhi oleh laporan keuangan korporasi. Jika laporan laba korporasi kuartal II membaik maka akan menjadi sentimen positif, begitu juga sebaliknya.
“Perbaikan data ekonomi China dan spekulasi China sedang menggunakan kekuatan internal domestik untuk mendukung ekonomi yang terdampak pandemi virus Corona serta sengketa perdagangan dengan US menjadi sentimen positif di pasar,” lanjutnya.
Meski demikian, di awal pekan ini pasar saham masih dibayangi kekhawatiran lonjakan kasus Corona.
“Pasar di awal pekan akan masih diwarnai kekhawatiran lonjakan kasus COVID-19 yang telah mendorong potensi lockdown di beberapa negara. Selain itu ada sentimen negatif dari kasus COVID-19 di Indonesia yang masih menunjukan trend naik dan belum memberikan tanda-tanda puncak,” ungkapnya.
marketnesia.id